Wilayah Sulawesi dan Maluku
merupakan tanggungjawab Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar. Secara tektonik, region ini
berada pada zona pertemuan tiga lempeng (triple
junction), yang mengakibatkan jalur patahan tektonik yang kompleks, dan posisi geografis
serta topografis pulau-pulau kecil yang tersebar di Sulawesi - Maluku. Pengaruh
perubahan pada tingkat global, regional maupun lokal, telah menempatkan Balai
Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar sebagai
wilayah yang di satu sisi memiliki iklim tropis dan pola hujan spesifik
menjadikan daerah ini menjadi sentra pangan dan beberapa komoditas perkebunan serta
bahan tambang. Namun disisi lain rentan terhadap bencana alam, baik yang
diakibatkan oleh cuaca ekstrim seperti banjir,
tanah longsor, puting beliung, angin kencang, maupun yang diakibatkan oleh
faktor kegempaan seperti gempabumi dan tsunami. Keadaan tersebut berdampak pada
aspek meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Data rekaman kegempaan
yang tercatat di Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar menunjukkan adanya
lompatan aktivitas kegempaan secara signifikan, terutama selama
2 tahun terakhir.
Sebagai contoh gempabumi di Sulawesi-Maluku rata-rata terjadi 2.300 kali dalam satu tahun, namun sejak tahun 2017 telah meningkat menjadi 2.896 kali dalam satu tahun, bahkan melompat hingga 3.092 kali di tahun 2018. Selain itu kejadian ekstrim akibat perubahan iklim
global, yang sering diikuti dengan terjadinya putting
beliung, banjir, banjir
bandang dan juga
longsor.
Jadi berdasarkan data tersebut di atas, kompleksitas dan dinamika fenomena alam ini
nampak makin tidak pasti dan bersifat merusak.
Hal ini ditandai dengan berbagai kejadian multi-bencana dalam satu wilayah tertentu yang berdampak sangat merusak, seperti yang terjadi
gempabumi di Palu dan
Mamasa serta banjir besar di Sulawesi Selatan awal Januari 2019, yang telah menimbulkan
ribuan korban jiwa.
Kondisi fisik alami yang demikian itu menyebabkan wilayah Sulawesi-Maluku sangat strategis dengan kekayaan dan
keunikan kondisi cuaca,
iklim
dan
geofisika, sekaligus memiliki potensi bahaya bencana alam.
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 3 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, yang selanjutnya disebut BMKG adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar yang merupakan perwakilan UPT tingkat wilayah dari BMKG melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, termasuk di dalamnya bidang kualitas udara.